Qui Bene Cantat Bis Orat : Bernyanyi Baik sama dengan Berdoa Dua Kali
Sebagai mahluk ciptaan Tuhan, kita tentu diberikan talenta atau kemampuan yang berbeda. Talenta itu yang kemudian harus kita kembangkan bukan malah menguburnya—seperti yang tertulis dalam Mat. 25:14–30. Prinsip ini sangat dipegang teguh sekali oleh pemuda bernama Gregorius Gerald Pratomo. Laki-laki yang biasa disapa Gery ini tengah menempuh pendidikan tinggi di Jerman dengan disiplin ilmu, Musik dan Gereja dengan mayor atau spesialisasinya dirigen dan orgel atau organ.
Orang-orang sering kali salah kaprah dengan jurusan kuliahnya. Ia mengatakan banyak orang mengira dirinya hanya belajar tentang musik Gereja saja, sedangkan musik secara universal tidak dipelajari. Memang kenyataannya demikian, namun ia memelajari musik pada umumnya juga sebagai pengantar pada disiplin ilmunya. Di satu sisi dalam pembelajarannya itu, ia mendapatkan pengantar teologi dan liturgi Gereja.
Sebelum ia studi di Hochschule für Musik Freiburg Jerman, Gery sejak kecil sudah mengenal dunia musik—khususnya koor dan orgel. Ia diperkenalkan dengan kelompok koor anak-anak Ascensio, saat masih TK. Di bawah asuhan RP. Antonius Soetanta, SJ, ia mulai bernyanyi sampai pada kelas 4 SD. Di sana ia dikenalkan pada alat musik piano. Seiring berjalannya waktu, ia mulai mengiringi kelompok koor di Gereja dan Paroki sampai pada akhirnya melatih beberapa kelompok koor.
Kelompok koor ini di antaranya Ascensio itu sendiri, Laudate SMA Mardi Waluya Cibinong. Laudate, sudah ia latih beberapa angkatan di bawahnya. Karena kepiawaiannya, Gery dan kelompok koor Laudate dan Ascensio mendapatkan predikat terbaik atau juara pada tingkat Nasional maupun Internasional.
Karena kecintaannya ini pada dunia paduan suara, ia pun terus aktif pelayanan di Gereja. Ia tak jarang diminta menjadi pembicara dalam kaitannya musik liturgi. Baru-baru ini dirinya diundang untuk memberikan pelatihan, dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh Komisi Liturgi Keuskupan Bandung.
Di balik kesuksesannya, ada sosok penting yang memengaruhi kecintaannya terhadap musik dan bernyanyi. Sosok itu ialah kakek dan ayahnya. Tak ketinggalan, ia memiliki guru yang sangat berjasa yakni Budi Utomo Prabowo. Kecintaan terhadap musik liturgi menurun dari ayahnya yang bernama Antonius Dwijanto, seorang dirigen aktif di Paroki Keluarga Kudus Cibinong. “Ayah memiliki andil besar karena telah memberikan ide awal serta mengarahkan diriku sehingga bisa pada tahap seperti sekarang ini,” ungkap Gery.
Menurutnya, apabila kita menyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali atau dalam bahasa latin “qui bene cantat bis orat”. Dalam dokumen-dokumen Gereja, musik merupakan sesuatu yang penting. Namun, sering kali kita berpikir ke Gereja hanya hadir untuk berdoa dan komuni saja.
“Harapannya minimal sebagai umat dulu aktif, sebelum jadi pelayan. Ikut aktif koor lingkungan dulu atau sebagai umat menyanyi dari lagu pembukaan dan seterusnya. Jangan diam saja. Itu tidak bijak!” pungkas OMK Stasi Vincentius tersebut.